August 27, 2024

Arung Palakka Sang Pembebas

 


Judul:                         Arung Palakka Sang Pembebas

Penulis:                      La Side

Penerjemah:               H. A. Ahmad Saransi               -

Penerbit:                    Pustaka Sawerigading

Tahun Terbit:              2014

Jumlah Halaman:        xxxiv + 154

ISBN:                         978-602-9248-19-7

Penulis Resensi:          Suharman, S.S., MIM.

Buku ini awal mulanya ditulis dalam bahasa Bugis dan dengan menggunakan aksara Lontara Bugis, yang kemudian dialih-bahasakan dan dialih-aksara-kan kedalam bahasa Indonesia dengan aksara Latin. Sosok yang penuh kontroversi Arung Palakka, nampaknya tak pernah berhenti menjadi topik penulisan oleh para peneliti, sejarawan, dan pemerhati sejarah lainnya. Bisa dikatakan beliaulah tokoh Sulawesi Selatan yang mungkin paling banyak ditulis dalam buku buku sejarah.

Kisah dalam buku ini sebenarnya tidak murni sejarah Arung Palakka, tapi lebih bersifat Roman Sejarah. Menurut Wikipedia Indonesia, Roman adalah cerita rekaan yang menggambarkan kronik kehidupan para tokoh secara rinci dan mendalam. Dalam cerita roman, kehidupan yang digambarkan tidak hanya penggalan peristiwa kehidupan saja, tapi dimulai sejak lahir sampai dewasa. Kisah ini dinarasikan seakan akan penulisnya (La Side) hidup sezaman dengan Arung Palakka sendiri sehingga dalam kisah ini, ada banyak dialog dialog antara para tokoh yang berperan didalamnya.

Tentu saja dialog dialog yang ada dalam buku ini hanya rekaan penulisnya saja dengan tetap menggunakan tokoh sejarah dan alur cerita yang merujuk pada kisah perjuangan tokoh Arung Palakka. Pada masa Arung Palakka hidup, belum ada teknologi yang dapat merekam dialog para bangsawan dan raja, namun ada beberapa petuah dan nasehat dari para tokoh yang sempat dicatat dan dilestarikan dan masih dapat diakses sampai sekarang dalam buku koleksi lokal Sulawesi Selatan.  

“…tak diragukan lagi bahwa keterlibatan Arung Palakka dan orang orang Bone dalam perang adalah pemulihan harga diri, siri’. Keduanya diikat oleh satu hubungan emosional yang amat dalam, pesse. (Mukhlis Paeni)

Buku ini diawali dengan Kata Pengantar dari Penerbit, Sambutan dari H. Ajiep Padindang, Pengantar dari Penerjemah, H. A, Ahmad Saransi dan Prolog dari Dr. Mukhlis PaEni, ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI).

Kemudian kisah “Arung Palakka, Sang Pembebas” ini dibagi dalam fragmen fragmen sebagai berikut: Sang Kakek, Bone Paliliq Gowa, Kekalahan di Sempeq, Arung Tanatengnga, Kerjapaksa di Gowa, Kerja Bersama Rakyat, Wafatnya Sang Ayah, Sebuah Rencana, Hari Pembebasan, Persekutuan, Perang di Lamuru, Pengejaran Pasukan Gowa, Menuju Buton, Berlindung di Buton, Menuju Batavia, Menyerang Pariaman, Karaeng Bontomarannu, Pulang Ke Bone, Menaklukkan Gowa.

Pada bagian akhir ada Glossarium yaitu penjelasan istilah istilah dalam bahasa Bugis kedalam bahasa Indonesia, tentang Penulis (La Side) dan tentang Penerjemah (H.A. Ahmad Saransi).

Meskipun masuk kategori Roman Sejarah, namun buku ini cukup tepat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin menambah pengetahuan sejarah khususnya sejarah Arung Palakka, dan konflik yang timbul antara Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Gowa. Kisahnya sangat menarik seakan akan membaca kita kemasa masa perang antara Kerajaan Bugis (Bone dan Soppeng) dengang kerajaan atau Kesultanan Gowa. Penulis juga cukup detail dalam menggambarkan situasi kehidupan masyarakat pada masa itu.

Sebagaimana Roman Sejarah pada umumnya, sering kali terjadi distorsi fakta sejarah. Untuk kepentikang naratif, penulis bisa saja mengubah, menambah atau mengurangi fakta fakta sejarah yang ada. Pembaca roman sejarah bisa saja salah paham dalam memahami tokoh yang dikisahkan. Roman sejarah juga harus mematuhi batasan waktu dan tempat, sehingga penulis seringkali bisa jadi penulis merasa kreatifitasnya dalam menulis kisah ini sangat terbatas.

Buku ini koleksi Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.



No comments:

Post a Comment